Sunday, May 6, 2012

Goresan Kecil untuk Mama dan Papa


Goresan Kecil untuk Mama dan Papa
Taukah ma, pa,
betapa sayangnya aku pada kalian
Betapa inginnya aku membahagiakan kalian
Betapa inginnya aku mengukir senyum kecil di bibir kalian saat melihatku sukses nanti
Sedikit berusaha untuk mewujudkan cita-cita kecilku yang juga menjadi cita-cita keluarga ini
Kewajibanku sebagai seorang anak sulung yang akan kubawa sampai mati
Aku tau, aku tau, ya aku tau
Mungkin aku masih jauh dari kata sempurna untuk menjadi seorang panutan bagi wita dan eti
Dan aku juga sadar
Bahwa banyak sekali tingkah kecilku yang sering membuat kalian marah dan membuat kalian sedikit stress.

Taukah ma,
Hatiku miris setiap kali mama berkata, “ mbak kan tinggal berapa bulan lagi nya di Medan, nanti kuliah, terus  nikah, kapan lagi mau punya waktu bantu mama? Nemenin adekadek?”
aku tau, waktuku memang padaat sekali sekarang, barangkat subuh pulang malam, pulang langsung masuk kamar dan keluar pas paginya, minggu juga sibuk di gereja dan kegiatan lainnya. Aku tau aku nggak punya waktu lagi untuk sekedar  bersenda gurau atau bermanjamanja  atau sekedar curhatcurhatan sama mama seperti dulu lagi
dan aku juga tau, mama capek ngurusin pasien, ngurusin eti, ngurusin rumah, aku tau, tapi maaf sekali lagi maaf, aku nggak bisa membantu banyak,  karna waktuku udah hampir nggak ada, kalaupun aku pulang cepat pasti karna ada tugas yang ingin kuselesaikan
Dan sepertinya aku ngerasa kalian begitu ingin aku pergi dari Medan ini, ke jawa, ke jawa, terus itu yang dipermasalahkan.
pernakah kalian berfikir, bertanya, atau sekedar meminta pendapatku dengan semua perencanaan kalian kedepannya, mama, papa, bukannya aku nggak mau, bukan, tapi kalo boleh jujur kalo boleh meminta aku nggak mau pindah dari Medan, aku masih mau sama kalian, masih pengen nemenin kalian,  masih pengen ngerasain di manjain sama kalian.


Taukah pa,
aku sedih melihat uban papa kayaknya nambah banyak, yaampun, papaku sudah bertambah tua rupanya, celananya juga kayaknya udah banyak yang kedodoran, papa kok kurusan pa, kok kelihatannya wajahnya selalu menunjukkan raut yang lelah
aku tau, mungkin dalam seminggu kita cuma ketemu 3 atau 4 kali seminggu, aku berangkat sekolah, papa belum bangun, papa pulang kerja, aku udah tidur, kalo ketemu pun mungkin cuma di apotik aja
aku juga tau, mungkin aku nggak bisa membantu banyak lagi di apotik, waktuku tersita untuk sekolah, les dan les, kalaupun aku punya waktu mungkin cuma 2 atau 3 jam perhari dan itupun pasti malah menambah pengeluaran papa dengan daftar belanjaanku di buku pengeluaran, uang saku mingguan, uang BBM, uang pulsa, uang ini, uang itu, dan lain-lainnya.
dan aku sering merasa sepertinya aku rindu saat aku mengecup pipi papa atau sekedar bergelayut manja di pundak papa, kapan ya terakhir kali papa mencium pipiku, aku lupa, karna seingatku itu udah lama, dan aku rindu saat-saat itu, aku rindu saat aku dipanggil ADEK dan bukan MBAK
Sekedar ngobrol sama papa pun mungkin cuma sekali dalam sebulan, itupun sekedar berbicara tentang kuliahku kedepannya, tetang kendala bimbel atau masalah sekolah, aku rindu pa, rindu berbicara tentang lelucon-lelucon basi sama papa, rinduuu sekali, rindu keadaan dimana aku diletakkan pada posisi seorang anak dan bukan seorang aset keluarga


Beban ini lumayan berat -____-
Kemanapun aku melangkah selama masi dalam konteks keluarga besar papa dan mama, aku ngerasa kok kayaknya beban ini berat banget ya, dan bahkan semakin lama kok ya semakin berat -___- kulangkahkan kaki ke rumah tante di jakarta, kerumah setiap keluarga di Medan, bude, pakde, bulek, palek, bahkan sampai mbah romo pun selalu gigih bertanya dengan pokok pertanyaan yang sama yang begitu berat untuk dijawab, dan taukah kalian, begitu menakutkan untuk harihari dan hidupku kedepannya. “tiwik jadi ngambil fk? Di univ mana? Di Jogja apa Solo? Atau di Malang aja, eh jangan di Bandung, apa mending di Jakarta aja? Biar deket sama tante, eh nggak usah ngambil USU lah, yang lain aja, dan blablablala”
Mama, papa, dan semuanya yang menyayangiku yang memberi support untuk masa depanku atau untuk siapapun yang senantiasa ambil bagian dalam setiap keputusan kecil dalam hidupku, aku sayang kalian sungguh, aku ingin kalian bangga bahagia bahkan tersenyum saat melihatku sukses kelak, aku pun punya komitmen untuk benarbenar mewujudkan citacitaku¸aku akan berusaha semaksimal mungkin untuk jadi seorang anak yang berbakti untuk kalian untuk keluarga ini.
Jadi tolong dengarkan aku :
“ ini citacitaku,  ini hidupku, aku yang menentukan,  jadi apapun aku kelak kuserahkan semuanya sama Tuhan untuk mengarahkan jalanku ke jalur indah rencananya, karna bukan cuma D O K T E R yang bisa sukses di dunia ini nope,  kuaminkan itu dan aku pun percaya, Tuhan pasti mendengar doa setiap anakNya, kuberikan usaha kerasku mulai hari ini dan mari kita lihat kelak apa hasil dari semua yang kutabur di masa belajarku disekolah. Karna sejujurnya nyaliku sedikit menciut kala membayangkan aku gagal untuk membahagiakan kalian.
Tapi sekali lagi aku percaya, Tuhan pasti turut campur tangan dalam setiap rencana anakanakNya. Dan aku pun yakin, di 2011 nanti setidaknya aku mampu mengukir senyum indah di bibir setiap orang yang menyayangikuJ
Amin, amin, amin
PEGANG TANGANKU TUHAN, JANGAN BIARKAN AKU JALAN SENDIRI, JANGAN BIARKAN AKU TAKUT TUHAN,  BIMBING SETIAP LANGKAHKU UNTUK MELANGKAH SESUAI KEHENDAKMU.
AMIN.”


Pratiwi Christine Natalia Mardiono
Medan, 13 September 2010
00 : 39 WIB




No comments:

Post a Comment