Goresan Kecil untuk Mama dan Papa
Taukah ma, pa,
betapa sayangnya aku pada kalian
Betapa inginnya aku membahagiakan kalian
Betapa inginnya aku mengukir senyum kecil di bibir kalian
saat melihatku sukses nanti
Sedikit berusaha untuk mewujudkan cita-cita kecilku yang
juga menjadi cita-cita keluarga ini
Kewajibanku sebagai seorang anak sulung yang akan kubawa
sampai mati
Aku tau, aku tau, ya aku tau
Mungkin aku masih jauh dari kata sempurna untuk menjadi
seorang panutan bagi wita dan eti
Dan aku juga sadar
Bahwa banyak sekali tingkah kecilku yang sering membuat
kalian marah dan membuat kalian sedikit stress.
Taukah ma,
Hatiku miris setiap kali mama berkata, “ mbak kan tinggal berapa bulan lagi nya
di Medan, nanti kuliah, terus nikah,
kapan lagi mau punya waktu bantu mama? Nemenin adekadek?”
aku tau, waktuku memang padaat sekali sekarang, barangkat
subuh pulang malam, pulang langsung masuk kamar dan keluar pas paginya, minggu
juga sibuk di gereja dan kegiatan lainnya. Aku tau aku nggak punya waktu lagi
untuk sekedar bersenda gurau atau
bermanjamanja atau sekedar
curhatcurhatan sama mama seperti dulu lagi
dan aku juga tau, mama capek ngurusin pasien, ngurusin
eti, ngurusin rumah, aku tau, tapi maaf sekali lagi maaf, aku nggak bisa
membantu banyak, karna waktuku udah
hampir nggak ada, kalaupun aku pulang cepat pasti karna ada tugas yang ingin
kuselesaikan
Dan sepertinya aku ngerasa kalian begitu ingin aku pergi
dari Medan ini, ke jawa, ke jawa, terus itu yang dipermasalahkan.
pernakah kalian berfikir, bertanya, atau sekedar meminta
pendapatku dengan semua perencanaan kalian kedepannya, mama, papa, bukannya aku
nggak mau, bukan, tapi kalo boleh jujur kalo boleh meminta aku nggak mau pindah
dari Medan, aku masih mau sama kalian, masih pengen nemenin kalian, masih pengen ngerasain di manjain sama
kalian.
Taukah pa,
aku sedih melihat uban papa kayaknya nambah banyak,
yaampun, papaku sudah bertambah tua rupanya, celananya juga kayaknya udah
banyak yang kedodoran, papa kok kurusan pa, kok kelihatannya wajahnya selalu
menunjukkan raut yang lelah
aku tau, mungkin dalam seminggu kita cuma ketemu 3 atau 4
kali seminggu, aku berangkat sekolah, papa belum bangun, papa pulang kerja, aku
udah tidur, kalo ketemu pun mungkin cuma di apotik aja
aku juga tau, mungkin aku nggak bisa membantu banyak lagi
di apotik, waktuku tersita untuk sekolah, les dan les, kalaupun aku punya waktu
mungkin cuma 2 atau 3 jam perhari dan itupun pasti malah menambah pengeluaran
papa dengan daftar belanjaanku di buku pengeluaran, uang saku mingguan, uang
BBM, uang pulsa, uang ini, uang itu, dan lain-lainnya.
dan aku sering merasa sepertinya aku rindu saat aku
mengecup pipi papa atau sekedar bergelayut manja di pundak papa, kapan ya
terakhir kali papa mencium pipiku, aku lupa, karna seingatku itu udah lama, dan
aku rindu saat-saat itu, aku rindu saat aku dipanggil ADEK dan bukan MBAK
Sekedar ngobrol sama papa pun mungkin cuma sekali dalam sebulan,
itupun sekedar berbicara tentang kuliahku kedepannya, tetang kendala bimbel
atau masalah sekolah, aku rindu pa, rindu berbicara tentang lelucon-lelucon
basi sama papa, rinduuu sekali, rindu keadaan dimana aku diletakkan pada posisi
seorang anak dan bukan seorang aset keluarga
Beban ini lumayan
berat -____-
Kemanapun aku melangkah selama masi dalam konteks
keluarga besar papa dan mama, aku ngerasa kok
kayaknya beban ini berat banget ya, dan bahkan semakin lama kok ya semakin
berat -___- kulangkahkan kaki ke rumah tante di jakarta, kerumah setiap
keluarga di Medan, bude, pakde, bulek, palek, bahkan sampai mbah romo pun
selalu gigih bertanya dengan pokok pertanyaan yang sama yang begitu berat untuk
dijawab, dan taukah kalian, begitu menakutkan untuk harihari dan hidupku
kedepannya. “tiwik jadi ngambil fk? Di
univ mana? Di Jogja apa Solo? Atau di Malang aja, eh jangan di Bandung, apa
mending di Jakarta aja? Biar deket sama tante, eh nggak usah ngambil USU lah,
yang lain aja, dan blablablala”
Mama, papa, dan semuanya yang menyayangiku yang memberi
support untuk masa depanku atau untuk siapapun yang senantiasa ambil bagian
dalam setiap keputusan kecil dalam hidupku, aku sayang kalian sungguh, aku
ingin kalian bangga bahagia bahkan tersenyum saat melihatku sukses kelak, aku
pun punya komitmen untuk benarbenar mewujudkan citacitaku¸aku akan berusaha
semaksimal mungkin untuk jadi seorang anak yang berbakti untuk kalian untuk
keluarga ini.
Jadi tolong
dengarkan aku :
“ ini citacitaku, ini hidupku, aku yang menentukan, jadi apapun aku kelak kuserahkan semuanya sama
Tuhan untuk mengarahkan jalanku ke jalur indah rencananya, karna bukan cuma D O
K T E R yang bisa sukses di dunia ini nope,
kuaminkan itu dan aku pun percaya, Tuhan pasti mendengar doa setiap
anakNya, kuberikan usaha kerasku mulai hari ini dan mari kita lihat kelak apa
hasil dari semua yang kutabur di masa belajarku disekolah. Karna sejujurnya
nyaliku sedikit menciut kala membayangkan aku gagal untuk membahagiakan kalian.
Tapi sekali lagi
aku percaya, Tuhan pasti turut campur tangan dalam setiap rencana anakanakNya.
Dan aku pun yakin, di 2011 nanti setidaknya aku mampu mengukir senyum indah di
bibir setiap orang yang menyayangikuJ
Amin, amin, amin
PEGANG TANGANKU
TUHAN, JANGAN BIARKAN AKU JALAN SENDIRI, JANGAN BIARKAN AKU TAKUT TUHAN, BIMBING SETIAP LANGKAHKU UNTUK MELANGKAH
SESUAI KEHENDAKMU.
AMIN.”
Pratiwi Christine
Natalia Mardiono
Medan, 13
September 2010
00 : 39 WIB
No comments:
Post a Comment